Memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-7, UNU Jogja menggelar tasyakuran yang bertepatan dengan pembukaan Kegiatan Ramadhan di Kampus UNU (Kamandanu) 1445 H, Rabu (13/3). Peringatan harlah ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Wakil Rektor Senior Bidang Kepesantrenan Abdul Ghoffar dan dihadiri oleh perwakilan PWNU DIY, Ahmad Fauzi, juga pimpinan dan civitas.
Dalam sambutannya, Ghoffar menjelaskan sekelumit sejarah UNU Jogja, antara lain sesuai terbitnya Surat Keputusan Kemenristek Dikti, UNU Jogja berdirinya pada 26 Desember 2016, sedangkan 10 Maret 2017 merupakan peresmian dan pelantikan rektor pertama UNU Jogja.
“Oleh PBNU, harlah UNU Jogja disepakati jatuh pada tanggal 10 Maret dengan berbagai pertimbangan. Sebenarnya, keinginan mendirikan kampus UNU di Jogja itu sudah lama, sejak Gus Dur menjadi presiden. Hingga pada awal Januari 2015, PWNU DIY mengadakan pertemuan dengan gagasan utama membentuk tim khusus pendirian universitas milik NU di Yogyakarta,” ujarnya.
Ghoffar menjelaskan, perjuangan pendirian UNU Jogja penuh liku. “Hingga berangkat dari doa para kiai dan bu nyai, UNU hingga kini dapat bertahan, dan dalam kurun waktu selama tujuh tahun berjalan, UNU Jogja telah mengalami banyak perkembangan,” tandasnya.
Seusai sambutan, dilakukan pemotongan tumpeng untuk menandai harlah ke-7 UNU Jogja dan pembukaan Kamandanu 1445 H disaksikan oleh perwakilan PWNU DIY dan civitas UNU Jogja, baik pimpinan, dosen, karyawan/tendik, dan mahasiswa.
Acara peringatan harlah dan pembukaan Kamandanu 1445 H ini menghadirkan Prof. Dr. Kiai. Abdul Mustaqim, Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, untuk menyampaikan tausiyah lmiah.
Dalam ceramahnya, ia mengatakan kebanggaannya terhadap UNU Jogja yang telah berkembang pesat dalam kurun waktu tujuh tahun.
“Saya kira, sejarah berdirinya UNU perlu dibuat menjadi sebuah buku,” kata dia yang juga menyampaikan tentang pentingnya majelis ilmu, majelis zikir, dan majelis silaturahmi dalam kehidupan seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW.