Al Quran Jadi Kunci Pembuka Masa Depan, UNU Jogja Peringati Nuzulul Quran dari Dimensi Sains dan Futurisme

Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di bulan Ramadan memiliki makna penting bagi transformasi sosial masyarakat. Kitab suci tersebut membuka wawasan, memantik inovasi, hingga mendorong masyarakat untuk meraih kemajuan di masa depan.
Hal itu menjadi benang merah dari peringatan Nuzulul Quran di UNU Jogja yang bertema “Nuzulul Quran: Dimensi Wahyu dan Sains Masa Depan” dan digelar di Masjid Raden Mas Djatmika Kampus Terpadu UNU Jogja, Senin (17/3) malam.
Baca juga : Prodi Agribisnis Perkuat Kerjasama dengan Tani Organik Merapi dalam Praktik Budidaya Sayuran, Holtikultura
Agenda ini merupakan bagian dari rangkaian Kegiatan Ramadan di Kampus UNU Jogja atau Kamandanu 2025. Di acara yang diawali buka puasa bersama dan salat tarawih berjemaah ini, hadir jajaran pimpinan dan civitas UNU Jogja. Adapun bertindak sebagai penceramah adalah Munirul Ikhwan, dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kepesantrenan UNU Jogja Abdul Ghoffar menyatakan bulan Ramadan sebagai bulan diturunkannya pertama kali Al Quran menjadi saat yang baik untuk meraih hadiah, hidayah, dan ‘hudan’ Al Quran.
Sebagaimana disebut dalam Surah Al Baqarah 1-2, ‘hudan’ berasal dari kata ‘hadaya’ yang berarti tampil ke depan memberi petunjuk dan menurunkan kata ‘hadiyah’ dan ‘hidayah’. “Al Quran adalah hadiah istimewa bagi orang-orang beriman sekaligus pedoman bagi mukmin menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi,” tuturnya.
Baca juga : Dukung LazizNU Kota Yogyakarta, Mahasiswa UNU Jogja Sukseskan Program Pentasharufan Jamaah
Menurut Ghoffar, momen Nuzulul Qiran juga menjadi momen penting untuk kita semua kembali belajar dan mengajarkan Al Quran. “Terutama bagi santri dan mahasiswa di UNU Jogja yang harus siap mengaji dan membiasakan diri mengaji, sehingga saat kelak menjadi profesional akan terus mengaji. Mahasiswa juga terus kami damping supaya lancar membaca Al Quran,” paparnya.
Adapun dalam ceramahnya, pengajar Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Munirul Ikhwan, menekankan bahwa Al Quran memiliki dimensi sains dan dimensi futuristik yang terkait dengan perkembangan suatu masyarakat ke arah yang lebih maju di masa yang akan datang.

Ia menjelaskan, Al Quran sejatinya adalah bentuk komunikasi antara Nabi Muhammad SAW dengan Zat Mahatinggi yang memberikan wahyu pertama berupa perintah untuk membaca. “Ayat pertama itu adalah iqra, bacalah, bukan hanya membaca ayat tapi juga membaca alam sekitar dan ciptaan-ciptaan-Nya,” jelasnya.
Nabi Muhmmad SAW kemudian juga memerintahkan untuk menuliskan ayat-ayat yang diterimanya sebagai wahyu tersebut. Nabi percaya bahwa kitab suci harus ditulis sehingga dapat dibaca secara luas. Umat pun dapat belajar dan sejajar dengan para ahli kitab yang piawai baca-tulis serta berwawasan luas.
Baca juga : Bahas Zakat untuk YouTuber, Dosen Prodi SII Beri Kuliah Umum untuk Moscow Islamic Institute
Menurut Ikhwan, hal ini bertolak belakang dengan kondisi sosial masyarakat waktu itu di mana tradisi baca-tulis belum menjadi hal utama. Masyarakat Arab saat itu yang berupa suku-suku dan masih mengutamakan kepentingan kelompoknya, bahkan sebagian dianggap sebagai kaum barbar.
“Seiring dengan perkembangan Islam dan penulisan Al Quran, masyarakat setempat pelan-pelan mulai berubah. Mereka membaca Al Quran, bertanya dan berdiskusi dengan Nabi, dan bertambah wawasannya, sehingga pada periode Madinah dikenal istilah umat ‘bertetangga dengan ahli kitab’. Al Quran ini alat untuk membaca masa depan dan titik tolak transformasi sosial,” tandas Ikhwan. [Arif]