
Maraknya kasus kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia menjadi perhatian khusus bagi para akademisi, baik mahasiswa, tenaga pendidik, bahkan masyarakat umum. Fenomena ini terjadi karena banyak faktor, diantaranya, rendahnya literasi tentang pendidikan seks di lingkungan kampus.
Menanggapi hal ini, mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) menggelar ‘Debat Ilmu Komunikasi’ dengan tema ‘Kurangnya Pendidikan Seks di Perguruan Tinggi’, di ruang The Theater, Kamis (16/1).
Baca juga : Ratusan Mahasiswa UNU Jogja Ikuti Kuliah Umum Literasi Keuangan, Ketua GEKRAF DIY : Mahasiswa Harus Mampu
Acara yang dikoordinir oleh mahasiswa PGSD angkatan tahun 2022 yang mengambil mata kuliah Ilmu Komunikasi ini, menghadirkan dosen mata kuliah Ilmu Komunikasi UNU Jogja, Megawanti, Sekretaris Eksekutif sekaligus Ketua Satgas PPKS UNU Jogja, Suharti, dan Direktur PUSDEKA UNU Jogja, Rindang Farihah.
Rindang Farihah menilai bahwa pendidikan seks penting bagi mahasiswa untuk menghindari dan juga melindungi dari adanya risiko kehamilan di luar pernikahan.

“Pendidikan seks bagi mahasiswa itu penting, karena membantu mereka memahami seksualitas, melindungi dari risiko kehamilan di luar nikah, hingga menjauhkan diri dari penyakit menular seksual yang tidak diinginkan,” katanya.
Selama acara berlangsung, mahasiswa yang mengikuti debat dibagi menjadi dua tim, yakni tim setuju (pro) diselenggarkannya pendidikan seks bagi mahasiswa, yang diwakili oleh Muti Wibowo, Muslim Hadait, Nofita Nur Safitri, Susilo Yudi, dan Hasin Muzakka, dan tim yang tidak setuju (kontra) diselenggarkannya pendidikan seks bagi mahasiswa, yang diwakili oleh Siti Aisyah, Deva Maulana, Moch. Dista, Hafiz Huzaifah, dan Junita Nur, dengan moderator M. Rizki dan notulen Rahmat Fauzi.
Baca juga : Jadi Agen Perubahan, Mahasiswa UNU Jogja Komitmen Bangun Budaya Anti Korupsi dalam Kuliah Umum Pancasila
Salah satu peserta, Nofita Nur Safitri berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah diskusi kritis untuk menyampaikan berbagai perspektif mengenai pentingnya pendidikan seks dalam mencegah kekerasan seksual di lingkungan kampus.
“Melalui debat ini, kami mengajak seluruh mahasiswa untuk menyadari bahwa pendidikan seks bukanlah hal yang tabu, melainkan kebutuhan yang sangat penting untuk membangun generasi mahasiswa yang berpengetahuan dan bermartabat. Melalui pendidikan seks yang memadai, diharapkan mahasiswa dapat memahami batasan-batasan perilaku, hak asasi, serta cara melindungi diri dari tindakan kekerasan,” katanya. [Latifah]