Direktur Center for Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) UNU Jogja Wiwin Siti Aminah Rohmawati menjadi pembicara dalam diseminasi riset: ‘Kolaborasi untuk Inklusi: Mendorong Akses dan Akomodasi Layak Bagi Penyandang Disabilitas dalam Sektor Pendidikan Tinggi dan Pekerjaan Formal’ di Ruang Auditorium Lantai 3 CSIS, Gedung Pakarti Center, Jakarta Pusat, Kamis (23/1).
Agenda yang diselenggarakan atas kerja sama dan dukungan oleh Pijar Foundation dan Nippon Foundation ini menghadirkan CFO & Diversity/Inclusion Lead, Microsoft Indonesia, Krishna Worotikan, AVP Komunikasi Sumber Daya Manusia & Employer Branding, Telkom Indonesia, Rama Sugiharto, Kepala Humas dan SDM, Yayasan Mitra Netra, Aria Indrawati, Aktivis Tuli dan Peneliti Bahasa Isyarat, Adhi Kusumo Bharoto, dan perwakilan dari pemerintah.
Baca juga : Kembangkan Potensi Perempuan, UNU Jogja Gandeng Wardah Gelar Kelas Kecantikan di Padukuhan Jaban
Dalam presentasi, Wiwin Siti Aminah membagikan cerita tentang pertumbuhan UNU Jogja sebagai kampus yang menuju inklusif sejak 2022 lalu.
Ia menjelaskan bahwa UNU Jogja telah memberikan dukungan kepada teman difabel dengan ragam fasilitas dan program, seperti kuota penerimaan mahasiswa baru dan beasiswa, dukungan akademik, dukungan emosional dan infrastruktur, pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran inklusif, advokasi dan kesadaran publik, serta melakukan kolaborasi dan jejaring hingga ranah internasional.
“Saat ini kami memiliki 7 mahasiswa difabel dan lebih dari 40 relawan yang selalu aktif mendampingi mahasiswa difabel dalam kegiatan akademik dan non-akademik. Ini adalah bagian dari upaya kami menuju kampus yang inklusif,” terangnya.
Baca juga : UNU Jogja Bangun Irigasi Cerdas Berbasis Internet di Dusun Pagergunung Bantul
Wiwin juga menjelaskan, saat ini pihaknya juga gencar melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional.
“Sejak 2022, UNU Jogja bekerja sama dengan lebih dari 16 lembaga nasional seperti OHANA Indonesia dan UCP Roda Kemanusiaan untuk meningkatkan fasilitas kampus dan mengembangkan kebijakan yang inklusif. Kerja sama ini juga mencakup penyediaan kursi roda adaptif dan fasilitas lainnya,” jelasnya.
Selain itu, ia melanjutkan, pihaknya juga aktif melakukan kolaborasi dengan lembaga internasional seperti British Council dan University of the West of England, UK untuk mengembangkan kebijakan pendidikan inklusif berbasis praktik terbaik.
Selanjutnya ia menyadari bahwa aksesibilitas penyandang disabilitas di pendidikan tinggi masih
menjadi tantangan besar, terutama dalam penyediaan fasilitas fisik dan nonfisik yang memadai. Belum semua kampus memandang isu disabilitas sebagai prioritas penting, sehingga mahasiswa difabel sering menghadapi hambatan dalam menyelesaikan studi mereka.
Baca juga : Jadi Agen Perubahan, Mahasiswa UNU Jogja Komitmen Bangun Budaya Anti Korupsi dalam Kuliah Umum Pancasila
“Namun, UNU Jogja melalui Direktorat GEDSI, telah memulai langkah strategis untuk mengatasi tantangan ini. Sejak 2022, GEDSI berfokus pada pengembangan kebijakan inklusif, peningkatan fasilitas aksesibel seperti lift dengan huruf braille, dukungan akademik dan emosional melalui mentoring dan pelatihan bahasa isyarat, serta edukasi dan kampanye kesadaran untuk membangun pemahaman civitas akademika tentang inklusi,” katanya.
Dengan pendekatan strategis ini, UNU Jogja tidak hanya mendukung pencapaian SDG 4: Pendidikan Berkualitas untuk Semua, tetapi juga memastikan bahwa mahasiswa difabel dapat mengakses pendidikan tinggi secara setara, mencapai potensi penuh mereka, dan meraih kesuksesan akademik. [Latifah]