
Sejak awal 1980-an, teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan pesat. Tren perkembangan tersebut diprediksi mengalami lompatan tiap 10 tahun. Termutakhir, pada 2030, teknologi 6G yang mengadopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) diprediksi mulai diterapkan. Teknologi 6G diklaim seribu kali lebih cepat dari 5G dan berpengaruh pada terciptanya potensi baru dari berbagai sektor, dari industri hingga pelayanan medis.
Hal ini mengemuka dalam kuliah umum “Preparing Generation on 6G Technology and Career in ICT Industry” yang digelar UNU Jogja dan Huawei, Co., Ltd, di Kampus Terpadu UNU Jogja, Gamping, Sleman, DIY, Senin (10/3). Agenda ini membuka masa perkuliahan di semester genap 2024-2025 sekaligus menjadi agenda pembuka Kamandanu (Kegiatan Ramadan di Kampus UNU Jogja) dan rangkaian peringatan Harlah ke-8 UNU Jogja yang jatuh di hari yang sama.
Baca juga : Bahas AI, Ratusan Pustakawan dari Berbagai Negara Asia Ikuti Webinar Internasional Perpustakaan UNU Jogja
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Teknologi Informasi UNU Jogja Mochamad Syamsiro menjelaskan kuliah ihwal teknologi 6G ini merupakan wujud komitmen UNU Jogja untuk memperkuat kapasitas mahasiswa di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM). “UNU Jogja ingin tampil beda dari kampus-kampus nahdliyin yang lain dengan menggarap bidang STEM yang selama ini belum banyak digarap,” ujarnya.

Ia menyatakan, upaya pengembangan bidang STEM di UNU Jogja diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dalam menciptakan profesional dan talenta-talenta di bidang teknologi. “Siapa tahu mahasiswa-mahasiswa di sini 10-20 tahun lagi bisa menjadi ahli-ahli di Huawei,” selorohnya.
Dalam materi kuliahnya, dosen Teknik Elektro UNU Jogja I Nyoman Apraz Ramatryana, menjelaskan evolusi teknologi informasi dan komunikasi dapat diibaratkan moda transportasi seperti yang kita kenal. Jika teknologi 1G adalah sepeda, lalu 2G dan 3G seperti sepeda motor dan mobil, maka teknologi 4G dan 5G layaknya pesawat terbang dan pesawat ruang angkasa.
Baca juga : Dukung LazizNU Kota Yogyakarta, Mahasiswa UNU Jogja Sukseskan Program Pentasharufan Jamaah
“Teknologi 6G nanti sudah disebut space communication karena dapat digunakan sebagai satelit bahkan bisa dikirim ke Mars,” ujar doktor di bidang Wireless Communication dari Kumoh National Institute of Technology, Korea Selatan ini.

Ia menjelaskan perbedaan paling signifikan dari tiap jaringan teknologi informasi tersebut adalah soal kecepatan dan cakupan. Pengembangan teknologi tersebut dimulai dengan teknologi 1G pada 1981 dan mengalami perubahan hampir setiap satu dekade, yakni 2G pada 1992, 3G pada 2001, 4G pada 2011, dan 5G pada 2020. “Tren perkembangannya tiap 10 tahun, sehingga diperkirakan teknologi 6G akan diterapkan pada 2030 dengan AI akan mengambil peran penting,” ujarnya.
Dengan perkembangan tersebut, teknologi 6G kemudian membawa pengaruh yang sangat signifikan pada lanskap dunia industri. Pembicara berikutnya, Muhammad Mushonnif, selaku GM NPM XLMS East Region Huawei, menjelaskan teknologi 6G dapat diterapkan di berbagai bidang, seperti telekomunikasi, medis, manufaktur, transportasi, hingga permainan atau gaming.
Baca juga : Tindaklanjuti Pendirian Fakultas Metalurgi, UNU Jogja – GEM Gelar Jamuan Bersama Para Menteri
Di bidang kesehatan misalnya, penanganan Kesehatan kelak dapat dilakukan dari mana saja. “Misalnya karena keterbatasan ruang di rumah sakit, sebuah operasi tak harus menghadirkan semua dokter. Dokter dapat melakukan tindakan dari jauh,” tuturnya.

Penerapan lainnya seperti melalui ambulans berbasis teknologi 6G yang mampu mengantisipasi pasien-pasien dengan kondisi tertentu yang membutuhkan penanganan cepat, seperti pasien dengan penyakit stroke. Teknologi 6G juga diterapkan dalam smart manufacturing di mana teknologi AI melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap kualitas produk. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, China, Jerman, dan Korea Selatan saat ini menjadi yang terdepan dalam mengembangkan teknologi 6G ini.
“Huawei secara aktif berkontribusi pada pengembangan 6G dan memiliki portofolio signifikan dalam teknologi ini. Teknologi 6G akan meleburkan dunia fisik dengan dunia siber, mendorong inovasi dan transformasi di berbagai sektor, menciptakan peluang baru, dan mengubah cara manusia hidup dan bekerja,” ujarnya sambil menambahkan komitmen Huawei untuk terus berkolaborasi bersama UNU Jogja dalam pengembangan bidang STEM. [Arif]