Lembaga Penelitian, Pengabdian, dan Pengembangan kepada Masyarakat (LP3M) UNU Jogja bersama dengan Direktorat Inovasi Akademik menggelar UNU Research Update di Amphiteater Lt. 2 Kampus Terpadu UNU Jogja, Senin (14/10). Agenda yang akan digelar secara berkala ini menghadirkan Dr. Jazilus Sakhok, dosen program studi Studi Islam Interdisipliner UNU Jogja.
plt. Wakil Rektor Bidang Inovasi, Riset, dan Transformasi Sosial UNU Jogja sekaligus moderator diskusi, Suhadi mengatakan agenda ini digelar untuk mendorong dan memotivasi dosen UNU Jogja dalam meningkatkan penelitian berskala internasional.
“Kami memberikan ruang atau wadah bagi para dosen untuk dapat mempresentasikan hasil riset terbaru mereka kepada civitas baik dosen, karyawan dan juga mahasiswa, sehingga iklim riset dapat dirasakan secara kental dan juga mendorong penelitian berskala internasional,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, narasumber Dr. Jazilus Sakhok mengakui saat ini jumlah peneliti lokal masih sedikit dibandingkan dengan peneliti dari mancanegara, sehingga literasi maupun sumber penelitian bacaan di dalam negeri masih sangat terbatas.
“Sudah saatnya kita mengambil bagian untuk memperkaya khasanah keilmuan kita dengan memperluas dan memperdalam jangkauan wilayah penelitian,” katanya.
The Wali-Songo dalam metode penelitian barat
Dalam diskusi UNU Research Update episode pertama, menghadirkan narasumber sekaligus dosen UNU Jogja, Dr. Jazilus Sakhok. Ia mempresentasikan hasil risetnya yang berjudul “The Wali-Songo and (Western) Historiography: A Critical Review of a Methodological Achievement”. Ia memaparkan bahwa penelitian ini mengkaji historiografi dari wali songo atau sembilan orang suci jawa dalam kajian barat. Selain itu penelitian ini juga membahas kontribusi dan tantangan terhadap perspektif penduduk asli dalam melihat historiografi dari wali songo.
Selanjutnya, makalah ini menceritakan bagaimana wali songo dapat berbaur dan beradaptasi dengan masyarakat lokal, sehingga dakwah mereka dapat diterima dengan mudah dan memberikan banyak kontribusi.
Bila meninjau dari metodologi, makalah ini juga melakukan kritik terhadap metodologi yang digunakan oleh peneliti barat. Dimana mereka hanya menafsirkan sejarah wali songo dengan menggunakan artefak tanpa mempertimbangkan sumber lain seperti adanya legenda dan catatan semi-historis.
“Dampaknya, kita tidak dapat memungkiri bahwa sejarah yang kebanyakan dinarasikan dan ditulis oleh peneliti barat, membuat para intelektual Indonesia terpengaruh tanpa mengecek ulang sejarah yang sudah ada. Sehingga sejarah yang ditampilkan tidak berkembang penelitiannya,” ungkapnya.
Diskusi yang diikuti oleh civitas UNU Jogja, baik dosen, karyawan dan mahasiswa ini berlangsung efektif dengan pertanyaan kritis dari para peserta kepada narasumber. [Latifah]